Di Bawah Payung Merah Jingga

 On Thursday 30 January 2014  

Di sana di bawah pohon yang rindang aku masih menunggu kedatanganmu di temani bunga-bunga sekitar taman dan kupu kupu yang terbang melengkapi keindahan taman kota ini, namun keindahan ini tak sempurna dulu saat kita berdiri di sini ya… di sini di bawah pohon saling berikrar akan kembali di taman ini di bawah kehangatan sinar matahari bulan mei, masih kah kau ingat dengan janjimu? yang kau ukir di batang pohon ini yang berharap akan ikut tumbuh? dengan lantang kau menyebut janjimu lantang mengeema mengisi seluruh taman kota yang disaksikan bunga lotus, ku harap kau masih ingat semua itu… ah tentu saja kau sudah lupa semua dengan janjimu…
Tak tau kah kau Dion sudah lama aku menunggu mu di sini, ini adalah bulam mei ketiga aku menunggu kehadiranmu berharap kau hadir seperti janjimu walau sedetik tak apa bagiku bisa mengobati rasa rindu yang menyiksa batinku tak tau kah kau rasa hatiku saat ini rasanya perih, gersang bebabnku atas janjimu ketakutanku akan kehilangannmu yang dulu tak ku harapkan, namun perlahan kian nyata bayanganmu kian memudar dari pandanganku…
Setelah pagi tadi kutemukan undangan bersampul biru berhias pita merah di depan pintu rumahku tertulis dengan jelas simbol huruf namamu di ujung undangan ku buka ku berharap itu bukan undangan pernikhan dari mu, namun kenyataan tak berpihak denganku, rasanya runtuh semua duniaku semua yang ku harapkan telah pupus, penantianku selama tiga tahun tak berarti, lidahku kelu mataku berkunang air mataku mengalir dengan deras… hatiku mencoba menolaknya namun semua itu tak kan merubah namamu di undangan itu, badanku bergetar serasa tubuh ini tak bertulang tak ada penyangga yang mampu menopang beban tubuhku aku tersimpuh di depan pintu rumaku dengan derai air mataku, ku coba mengulang membaca undangan itu berharap ada yang berubah namun yang ku temukan masih tetap sama, huruf yang sama, nama yang sama. Dion wirataka pujanku yang telah lama ku tunggu.
Harusakan akau menyalahkanmu atau aku kah yang terlalu lugu?aku tak tau yang ku tau saat ini aku telah hancur dengan cintaku mahligai yang ku bayangkan bersanding denganmu kini telah sirna.. Tuhan inikah jawaban atas doa doa yang ku panjatkan di setiap sujudku atas penantian ini harusakah ku menyalahka-MU yang tak memberikan dia untuk ku inikah takdirku haruskah aku menyalahkan semua ini? tidak tidak tidak aku tak boleh menyalahkan-Mu ini adalah kehendak-Mu Kau pasti punya pengganti Dionku dengan Dion yang lain untuk diriku yang jauh lebih baik untuku yang pantas dan cocok untukku… namun hati ini masih terasa sakit, remuk, hancur menerima semua ini, aku tak tau haruskah akau merelakan atau aku memperjuangkan cintaku masa masa indah yang dulu kita lalaui bersama hanya tinggal kenangan, potret potret photo yang penuh dengan canda tawa kini meninggalakan luka lara yang begitu dalam dan membekas…
Rasanya ingin selaki menghilang sejenak dari dunia ini mencari kedamaian dan ketenagngan jiwa namun yang ku cari tak ku dapatkan hampir semua tempat yang ku lalui penuh dengan kenangan manis yang terjalin dengan ikatan cinta kita yang indah dulu,semua menari nari di depan mataku mengingatkan memori masa silam seakan muncul kembali, hanya derai air mata yang dapat mewakili perasaanku saat ini, dan di taman kota ini ku harap kau datang untuk menemuiku dan mengahpus semua janjimu untuk terakhir kali agar tak menjadi beban bagiku namun kau tak kunjung datang hingga hujan yang menghapus air mataku dan semua kenangan serta janjimu…
Sampai tak kusadari seseorang di sampingku melindungi tubuhku dari hujan dengan payung merah jingga ku palangkan wajahku yang pucat pasi karena menahan dinginya air hujan yang membasahi tubuhku,seorang laki laki seumuran denganmu dion duduk di sampingku dengan setia menantiku di bawah rintik hujan aku tak tau sejak kapan dia di sisiku hingga suaranya memecah keheningan “sedang apa kau disini? ini hujan…” sapanya suaranya begitu lembut berkarisma sorot matanya bening meneduhkan wajahnya rupawan berhidung mancung sepasang lesung pipit tersunging di pipinya senyumnya menawan bibirnya yang tipis merah alami melihatkan giginya yang putih tersusun rapih kulitnya putih rambutnya yang hitam lurus sungguh lelaki yang sempurna berpadukan sepasang alis yang hitam lebat bagai pualam yang mahal harganya aku masih terdiam melihat pemuda itu “hai kenapa diam mari pergi dari sini hujan makin deras!” serunya membuyarkan lamunanku “ya..” jawabku lirih yang tebawa hembusan angin dan hujan.
Tuhan inikah jawaban doaku seseorang yang akan mengobatai luka batinku dan menemani diriku sebagai imam dalam rumah tanggaku jika ia orangnya ikhlaskanlah hatiku menerimanya mudahkanlah jalannya eratkanlah simput cintanya agar aku turut merasa bahagia bersamanya ku serahkan semua pada-Mu semoga Kau memberi warna keindahan dalam hidupku entah ini penganti dirimu yang dikirim Tuhan untuk menjagaku atau bukan karena saat ini dia lah yang ada di sisiku berjalan bersama di bawah rintik hujan dengan payung merah jingga menyusuri jalan kenangan.

THE END
Cerpen Karangan: Rozyikin
Di Bawah Payung Merah Jingga 4.5 5 Unknown Thursday 30 January 2014 Di sana di bawah pohon yang rindang aku masih menunggu kedatanganmu di temani bunga-bunga sekitar taman dan kupu kupu yang terbang mele...


No comments:

Post a Comment

Followers

Powered by Blogger.