CINTAKU BERSEMI DI TEMPAT PARKIR

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div style="text-align: justify;"> <a href="http://3.bp.blogspot.com/-YEhikmfCEHM/UuUmQWv3tiI/AAAAAAAAAHU/loRZmNE1sZM/s1600/imagesvnb.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-YEhikmfCEHM/UuUmQWv3tiI/AAAAAAAAAHU/loRZmNE1sZM/s1600/imagesvnb.jpg" /></a>Pada hari itu hujan sangat deras bell pulang sekolah pun uduh bunyi aku langsung pergi tempat parkir tidak jauh dari kelas ku, dan aku lihat seorang cewek yang lagi duduk di tempat parkir nunggu jemput sama ayahnya lalu aku dekati cewek itu dengan perasaan yang sangat takut, maklum lah karena aku belum pernah pacaran ,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> ak_hai</div> <div style="text-align: justify;"> cwe_hai juga</div> <div style="text-align: justify;"> ak_kenalin aku rusdy</div> <div style="text-align: justify;"> cwe_ayu</div> <div style="text-align: justify;"> ak_nunggu jemputan ia</div> <div style="text-align: justify;"> cwe_ia,</div> <div style="text-align: justify;"> ak_kalau gak ada yang jemput aku saja antar kamu pulang, boleh</div> <div style="text-align: justify;"> cwe_boleh, tapi lain kali saja ia</div> <div style="text-align: justify;"> karena ayah ku sudah datang tu, aku duluan ia ..</div> <div style="text-align: justify;"> ak_ia</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> dan pada hari itu aku sangat senang karena baru kali ni aku kenalan sama cewek,</div> <div style="text-align: justify;"> keesokan harinya waktu aku pulang sekolah ketemu sama dia di tempat parkir kebutulan hari tu dia gak di jemput sama ayahnya karena ayahnya belum pulang kerja, dan dia pun menyapa aku ,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> cwe_hai rusdy</div> <div style="text-align: justify;"> ak_hai</div> <div style="text-align: justify;"> cwe_rusdy, boleh nebeng gak, soalnya ayah ku belum pulang kerja</div> <div style="text-align: justify;"> ak_boleh, kalau ayu yang nebeng tiap hari pun boleh</div> <div style="text-align: justify;"> cwe_bisa saja kamu ni rusdy</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> lalu kami pun pulang bersama dan entah kenapa persaan ku gak enak waktu aku pulang sama dia, mungkin kah ini yang di namakan cinta, ah gak mungkin aku sama dia baru beberapa hari kenal (dari hati yang paling dalam) setelah aku antar ayu sampek ke dalam rumah aku pun pamit sama keluargnya, di dalam perjalan pulang kerumah aku berpikir ternyata ayu itu cantik,baik dan peramah. waktu aku mau tidur terpikir dalam pikiran ku untuk menembak dia jad<b>i</b> cewek aku dan di sisi lain aku berpikir gak mungkin juga aku nembak dia, dia orangnya cantik pasti di tolak dan kami pun baru satu minggu kenal ,</div> <div style="text-align: justify;"> dan ke esokan harinya niat ku untuk nembak dia pun terpikir dalam pikiran ku dan aku pun udah terlanjur suka dan cinta sama dia dan tak lama kemudian lamunan ku hilang karena datang kawan-kawan aku untuk mengajak aku pergi ke kantin, waktu aku lagi duduk di kantin aku tidak sengaja lihat dia lagi duduk di kantin sama kawam-kawannya dan aku pun sapa dia, lalu aku ajak dia ketemun di tempat parkir, tapi waktu itu dia sempat menolak ajakan aku tapi aku bujuk sampe dia mau dan dia pun mau, lalu aku tunggu dia waktu pulang sekolah dan tidak lama kemudian bell pulang pun bunyi lalu aku pergi tempat parkir untuk menunggu dia waktu aku tunggu dia aku pun udah pasrah karena udah lama aku tunggu dia gak datang, tapi ternyata itu smua malah kebalikannya, ternyata dengan kedatangannya bikin aku terkejut sampek gak bisa bicara karena gak biasanya dia tampil kek gitu dengan wajah yang sangat cantik, lalu dia pun bertanya</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> cwe_wooiii jangan melamun</div> <div style="text-align: justify;"> ak_sorry aku melamun karena lihat kamu cantik sekali</div> <div style="text-align: justify;"> cwe_lebay kamu rusdy, oia ada apa ngajak ketemu di sini</div> <div style="text-align: justify;"> ak_auk mau bilang sesuatu </div> <div style="text-align: justify;"> cwe_kayak lagu syahrini saja seuatu ia ,,, hehehe</div> <div style="text-align: justify;"> mau bilang apa rusdy</div> <div style="text-align: justify;"> ak_aku cuma mau bianlg bahwa aku sejak ketemu sama kamu di tempat parkir aku udah mulai suka sama kamu</div> <div style="text-align: justify;"> cwe_cuma itu saja</div> <div style="text-align: justify;"> ak_aku suka sama kamu ayu, aku cinta sama kamu mau gak kamu jadi pacar aku</div> <div style="text-align: justify;"> cwe_ayu pun terkejut waktu mendengar ungkapan perasaan rusdy itu, kamu serius dengan apa yang kamu bilang itu rusdy</div> <div style="text-align: justify;"> ak_serius banget (dengan wajah gugup)</div> <div style="text-align: justify;"> cwe_aku pun suka sama kamu rusdy, aku mau jadi pacar kamu .</div> <div style="text-align: justify;"> ak_serius kamu ayu, coba kamu ulangi sekali lagi</div> <div style="text-align: justify;"> cwe_aku suka sama kamu, aku mau jadi pacar kamu rusdy</div> <div style="text-align: justify;"> ak_jadi kita pacaran sekarang kan</div> <div style="text-align: justify;"> cwe_iaa synk</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> lalu kami pun pulang berdua dengan perasaan yang senang ...</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> penulis : rusdy</div> <div style="text-align: justify;"> facebook : rusdy ajza laah</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div>

Pada hari itu hujan sangat deras bell pulang sekolah pun uduh bunyi aku langsung pergi tempat parkir tidak jauh dari kelas ku, dan aku lih...

Read more »

MUNGKIN BUKAN JODOHKU

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <br /> <div style="border: 0px; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /></div> <div style="border: 0px; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Karya Mardiono<br /> <br /> Usai mengikuti pengajian rutin disekolah tempat mereka mengajar.<br /> “ Luna, gak biasanya kamu gini. Apa kamu sakit ? koq kelihatannya dari tadi melamun terus “ Tanya Rahmi sambil jalan menuju ke rumah.<br /> “ seandainya kamu tahu apa yang ada dihatiku Rahmi, kau pasti gak akan terima ini…” gumam Luna dalam hati.<br /> “ hallo….” Tegur rahmi membuyarkan lamunannya.<br /> “ ha, oh,. Ehm… gak papa kok mi, oh ya gimana? tadi malam jadi kerumah Bu Zuraidah ?, trus gimana hasilnya ? “ jawab Luna mengalihkan pembicaraan.<br /> “ sudah kubilang. Untuk sekarang ini, aku belum mau memikirkan hal itu. Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral, yang harus kita jalani dengan serius, karena itu bukan sementara, tapi untuk selamanya…” ucap rahmi sedih. Ia terus memikirkan ayahnya yang sakit – sakitan. Ia masih ingin terus mengurusnya. Ia tak tega kalau harus meninggalkannya. Sementara Bu Zuraidah, ketua yayasan mereka, ingin menjodohkan Rahmi dengan salah satu guru disitu.<br /> “ Rahmi, aku ngerti kok perasaanmu. Tapi cobalah kamu istikharah meminta petunjuk kepada Allah. Kesempatan tidak datang dua kali. Pak Ferdhi sangat cocok untukmu. Dia seorang Da’i. Kami semua guru – guru disini mendukung..” ucap Luna membesarkan hatinya, sambil menghapus setetes air mata Rahmi yang tiba – tiba saja jatuh mengingat ayahnya yang sedang sakit. Mereka berhenti sesaat. Sebenarnya Luna tidak tega kalau harus merebut ferdhi dari tangannya karena Rahmi begitu akrab dengannya.<br /> ***</div> <div style="border: 0px; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /></div> <div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;"> <a href="http://3.bp.blogspot.com/-nPStSBPQHu8/UAJbXAt3hGI/AAAAAAAABz4/KC16OmMTvgw/s1600/Cerpen+Cinta+Kenangan.jpg" imageanchor="1" style="border: 0px; color: #6186a6; font-size: 16px; font: inherit; margin: 0px 1em; padding: 0px; text-decoration: initial; vertical-align: baseline;"><img border="0" height="286" src="http://3.bp.blogspot.com/-nPStSBPQHu8/UAJbXAt3hGI/AAAAAAAABz4/KC16OmMTvgw/s400/Cerpen+Cinta+Kenangan.jpg" style="border: 0px; font-size: 16px; font: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;" width="400" /></a></div> <div style="border: 0px; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Malam itu.<br /> Kepala luna sakit sekali, mengingat ucapan yang baru saja didengar. Ia menangis. Masih terngiang ditelinga ucapan ibunya.<br /> “ Luna, kapan lagi kamu menikah…?, sudah dua adikmu yang melangkahimu, cepat – cepatlah kamu cari jodoh. Ibu sudah ingin menimang cucu dari kamu..”<br /> Ia masih duduk terdiam ditempat tidur, melihat fhoto kekasihnya. Selaksa raut wajah dan tragedi itu terputar kembali mengenang masa lalunya.<br /> Pesta yang megah telah digelar. Seratus undangan lebih telah tersebar. Tapi bukannya mempelai laki – laki yang datang, malahan seorang lelaki berkumis tebal, berbaju seragam cokelat dan bertitel, datang dan menanyakan kejelasan KTP yang diberikan. Korban kecelakaan lalu lintas.</div> <div style="border: 0px; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /> Gaun kebaya yang masih melekat, menjadi saksi perpisahan mereka dirumah sakit. Sang calon suami hanya diam terbujur lemas bersanding infus dan hirupan oksigen yang melekat di wajahnya. Ia mengejar dokter usai proses operasi. Namun dokter berkata, “ hanya ini yang sanggup kami lakukan. Tuhanlah yang menentukan segalanya. “ ucap dokter itu sedih penuh penyesalan. Mendengar itu, perasaan bahagia dan cinta yang telah terbangun lama, kini roboh berserakan. Jilbab yang anggun, tak lagi tertata rapi oleh sedihnya. Lututnya melantai. Derai air matanya tak kunjung henti. Dalam hati ia ingin berteriak, ya Rabb…. Kenapa kau timpakan ini padaku?</div> <div style="border: 0px; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /> Sepertiga malam ia habiskan untuk bermunajat kepada Allah swt. Ia terus menangis, memohon pada yang Kuasa, agar dimudahkan jodohnya. Sebenarnya beberapa calon telah ditawarkan kepadanya. Ada yang pengusaha, PNS, angkatan, bahkan ada yang ingin melamarnya seorang konglomerat. Namun semua itu ia tolak. Apalah artinya harta yang melimpah apabila tidak dilandasi keimanan dan ketaqwaan yang dapat mengokohkan bahtera rumah tangga. Semua itu ia tuangkan dalam diary mungil, selepas tahajjudnya.<br /> ***<br /> <br /> Fajar sidik mulai membangunkan sang mentari dari peraduannya. Selesai sholat subuh, ia tidur kembali.<br /> “ Luna, kamu gak ngajar ?, sekarang sudah jam delapan..” ibunya membangunkan dengan lembut.<br /> “ astaghfirullah…” ucapnya tersentak saat mendengar jam delapan. Langsung ia berberes dan mempersiapkan segala sesuatunya. Bukupun asal sahut saja tanpa melihat – lihat lagi yang mana yang akan diajarkan nanti.<br /> ***<br /> <br /> Ferdhi tiba di sekolah telat. Ia melihat Madrasah sepi. Beberapa orang tua menggandeng tangan anaknya kembali pulang.<br /> “ kenapa pulang bu?” Tanya ferdhi penuh penasaran, sambil memarkir sepeda motornya dan melepas helm dari kepalanya.<br /> “ lho kok Bapak gak pergi?, ayahnya bu rahmi sekarang sedang kritis di rumah sakit. Semua guru menjenguk kesana. Anak – anak hari ini diliburkan.” Jawab orang tua murid.<br /> <br /> Ferdhi langsung balik arah menuju rumah sakit. Tapi ketika ia sampai disimpang, angkot warna putih berhenti didepannya. Luna turun tergesa.<br /> “ Bu Luna.. ,” panggil Ferdhi mengejutkan.<br /> <br /> Baru saja Luna membayar ongkos pada pak supir.<br /> “ ada apa pak?” Tanya Luna heran. Jarang sekali Ferdhi mau ngobrol dengan rekan guru akhwat. Kecuali ada sesuatu hal yang sangat penting. Dengan singkat ferdhi memberitahukan kabar yang ia dapat. Merekapun bergegas ingin pergi ke rumah sakit. Luna sangat segan dan ragu, ingin minta bonceng. Begitu juga ferdhi. Ia sangat menjaga hijab. Mungkin ia lebih baik memberikan sepeda motornya untuk luna kendarai, daripada harus memboncengnya.<br /> “ Bu Luna naik angkot saja ya?”<br /> “ ya pak. Gak papa, Bapak duluan saja. Nanti saya menyusul. “</div> <div style="border: 0px; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /> Madrasah sunyi. Semua murid – murid sudah dijemput oleh orang tuanya. Ada juga yang pulang sendiri karena rumahnya dekat. Ferdhi tidak tega harus meninggalkannya luna sendirian. Iapun menunggu Luna sampai dapat angkot. Satu setengah jam mereka menunggu angkot. Tetap tak tampak melintas. Angkot lintas ke madrasah memang sangat jarang. Satu – satu. Apalagi kalau sudah jam delapan keatas. Tidak ada sewa. Para pekerja dan pelajar sudah berada ditempatnya masing – masing. Angkot – angkot itu juga menunggu sewa diterminal sampai penuh, baru mau berangkat.<br /> Mereka resah. Entah apa yang sudah terjadi dirumah sakit sana. Mereka ingin segera kesana. Ferdhi juga bingung. Satupun becak juga tak ada yang muncul. Kalaupun ada, sudah berisi kian penumpang yang ia bawa dari tempat mangkal. Mentari semakin meninggi.</div> <div style="border: 0px; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /> Mereka tidak mungkin melama – lamakannya. Saat darurat, segala sesuatu yang tidak boleh menjadi boleh. Gak mungkin ferdhi meninggalkan Luna sendiri ditempat yang sepi. Ferdhi mempersilahkan Luna naik disepeda motornya. Mereka segera meluncur. Ferdhi cukup tangkas menerobos mobil – mobil besar yang mengangkut pasir dan batu.<br /> Luna juga tahu batas. Tidak seperti remaja sekarang pada umumnya. Gak tahu malu. Boncengan dengan bukan muhrimnya. Memeluknya layaknya suami istri. Bahkan mungkin suami istripun malu melakukan itu ditempat umum. Dasar zaman edan !!<br /> <br /> Dus, mereka sampai dirumah sakit. Sejurus kemudian, mereka menemui guru – guru lainnya yang telah lama berada disana. Keluarga Rahmi berada didepan ruang gawat darurat. Spontan Bu Zuraidah mendekati Ferdhi dan menggiringnya ke sudut ruangan.<br /> “ Pak Ferdhi, mungkin hanya Bapak yang dapat menyelamatkan ini. Rahmi sedari tadi pingsan belum siuman. Ia sangat takut ayahnya meninggal. Dari sekian orang saudaranya, hanya Rahmi-lah yang paling disayang oleh ayahnya” ucap Bu Zuraidah penuh pengharapan dan sedih. Ia melanjutkan..<br /> “ sebelum ayahnya sakit, ayahnya berpesan bahwa ia ingin melihat Rahmi menikah sebelum ia pergi…, entah apa maksudnya. Tolonglah Pak Ferdhi, Rahmi orangnya ta’at, ia sabar dan sebentar lagipun akan diwisuda. Cocok untuk jadi da’iah pendamping pak Ferdhi”, jelasnya runut, mendesak penuh harapan. Wajahnya memelas.</div> <div style="border: 0px; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /> Sebenarnya telah lama juga Ferdhi jatuh hati pada Rahmi. Ia beda dengan guru – guru yang lainnya, yang hanya memakai jilbab dan rok saat mengajar saja. Bahkan rahmi sering ikut pengajian rutin ibu – ibu arisan yang diisi oleh Ferdhi. Jilbabnya yang menjulur lebar, baju gamisnya yang longgar dan panjang, mampu menusuk hati Ferdhi bagai panah asmara. Seketika itu juga Bu Zuraidah mengurus tuan kadi dan mahar yang ala kadarnya. Asal ini berlangsung.</div> <div style="border: 0px; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /> Sementara itu, Luna terus mengipasi Rahmi yang tengah pingsan di ruang tunggu dengan buku yang asal cabut dari tasnya. Tapi tiba – tiba saja tangan Luna di tarik oleh salah satu guru yang lain, sebentar keluar. Kondisi ayah Rahmi semakin parah. Buku yang dipakai luna untuk mengipas, tertinggal disamping Rahmi yang mulai sadar.<br /> Tanpa sengaja rahmi membuka buku itu. Wangi penuh hiasan stabilo dan tinta warna. Itu buku diary Luna. Ia buka halaman terakhir…<br /> <br /> Jum’at, 22 januari 2010<br /> Pukul 03: 15<br /> ……..<br /> “ ya Rabb, seandainya aku boleh menjual diriku, akan kuberikan seluruh jiwa dan ragaku untuknya seorang. Aku mencintainya karena keimanan dan ketaqwaannya. Namun aku tak mau menjadi pagar makan tanaman. Biarlah pak Ferdhi bahagia dengan Bu Rahmi.<br /> Rabbighfirli ala kulli dzunubi..<br /> ***<br /> <br /> Semua berkumpul diruang UGD. Termasuk Rahmi yang dibopong masuk oleh guru yang lain. Bu Zuraidah sudah mengkonfirmasikan ke dokter yang menangani ini. Iapun mendapat izin.<br /> “ayah !! bangun ayah. Sekarang Rahmi akan penuhi permintaan ayah…” ucapnya sesenggukan dengan terus mengharap jawaban. Air matanya tak terbendung. Tuan kadi, Ferdhi, Bu Zuraidah, Luna dan rekan guru lainnya juga cemas. Namun jawaban yang keluar, lain dari apa yang diharapkan.<br /> <br /> Titttttttt……<br /> Gambar gelombang deteksi jantung dilayar monitor bergaris lurus. Innalillahi wa inna lillahi roji’un…<br /> Suasana haru pilu berkelebat dalam ruangan itu. Ferdhi, Luna, Bu Zuraidah, tuan kadi, rekan guru dan beberapa suster yang direncanakan akan jadi saksi nikah, melihat Rahmi yang tengah sedih tak karuan. Ia memeluk ibunya dan terus menangis. Tak ada yang berani mengusik mereka.</div> <div style="border: 0px; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /> Cepat – cepat Ferdhi membenahi posisi ayahnya. Mengatur perlengkapan mayat seadanya. Sementara Bu Zuraidah menyelesaikan administrasi rumah sakit agar jenazah ayahnya cepat dibawa pulang. Tapi Luna, ia hanya bisa melihat sosok sahabat karibnya tengah berkabung. Kasihan. Dalam beberapa minggu ini Rahmi terus sedih memikirkan ayahnya.</div> <div style="border: 0px; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /> Luna mendekati Rahmi. Ia memeluknya. Sesaat hanyut dalam kesedihan.<br /> “mi, kamu harus ikhlas ya. Semua ini sudah kehendak yang kuasa..” ucapnya berusaha menyeka air mata Rahmi dipipinya.<br /> Setelah selesai memposisikan jenazah, Ferdhipun menghampiri mereka. Ia memberi semangat agar terus positif menatap hidup ke depan. Namun semua itu tetap tak dapat melunturkan kesedihan rahmi. Tatapan matanya kosong. Fikirannya buntu. Tapi entah kenapa, saat melihat mereka berdua, ia jadi teringat dengan tulisan yang sempat ia baca di diary Luna tadi.<br /> “Setidaknya aku bahagia melihat kalian berdua bahagia” ucap Rahmi yang tiba – tiba bereaksi. Ia menarik tangan Luna dan Ferdhi yang beralaskan baju kokonya. Begitu juga saat disatukan. Tangan Ferdhi diletakkan ditangan yang berbalut gamisnya. Luna masih bingung<br /> “aku sudah membaca buku diary mu na, aku ingin kalian menikah”. Lanjut Rahmi pasrah. Semua yang mendengar bergetar heran dengan keputusan rahmi. Bu zuraidah menatap penuh kebimbangan. Bahagia dalam pilu. Dua sahabat yang saling mencintai karena Allah. Didepan rahmi, tuan kadi menjalankan prosesi akad nikah untuk Luna dan Ferdhi. Sungguh mulia hati Rahmi. Disaat kekalutannya ia masih bias memikirkan orang lain.<br /> Tahajjud luna tak sia – sia. Allah tidak tidur. Ia maha tahu isi hati hambanya. Dan cintapun merebak dengan ikhlasnya.<br /> <br /> Tamat</div> </div>

Karya Mardiono Usai mengikuti pengajian rutin disekolah tempat mereka mengajar. “ Luna, gak biasanya kamu gini. Apa kamu sakit ? koq...

Read more »

BUKTI CINTA SEORANG SAHABAT

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <br /> <div style="background-color: white; border: 0px; font-family: arial; font-size: 13px; font: inherit; line-height: 20.78333282470703px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <span style="font-size: 13px; line-height: 20.78333282470703px;">Oleh Ilkka Marchiana Utari</span></div> <div style="background-color: white; border: 0px; font-family: arial; font-size: 13px; font: inherit; line-height: 20.78333282470703px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /></div> <div style="background-color: white; border: 0px; font-family: arial; font-size: 13px; font: inherit; line-height: 20.78333282470703px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Ada seorang cewek yang bernama Vina. Vina duduk di kelas 2 SMK. Dia sedang jatuh cinta terhadap Dimas, cowok yang sudah kuliah yang di kenalin oleh sahabatnya, Vanya. Vina beruntung sekali sudah kenal sama Dimas. Karena selain ganteng, dia juga seseorang yang baik hati, pintar, dan sudah kuliah sambil kerja. Dia selalu saja mengunjungi Vina. Lama – lama Vina juga menyukai Dimas lebih dari seorang teman. Dan diam – diam saja Dimas naksir sahabat Vina, Vanya. Vina tidak mengetahui hal ini. Tapi Vanya sudah tau bahwa Vina menyukai Dimas. Dan dia juga mengetahui bahwa Dimas menyukai dirinya. Vanya tidak mau menyakiti sahabat sendiri. Apalagi Dimas juga mengetahui bahwa Vina menyukainya.<br /> “ Van, apa Dimas suka sama gue??? Gue suka banget sama dia. Elo mau kan bantuin gue??? Tapi elo sebagai sahabat gue harus percaya sama gue dan jangan bilang siapa – siapa…” ucap Vina.<br /> <br /> Vina kaget. “ Oke deeh...tapi elo juga harus membuat apa yang di sukai oleh Dimas,”<br /> “ Iya, gue pengen banget ngobrol sama Dimas…” ucap Vina.<br /> Vanya tersenyum lalu dia membelai kepala Vina.</div> <div style="background-color: white; border: 0px; font-family: arial; font-size: 13px; font: inherit; line-height: 20.78333282470703px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /></div> <div class="separator" style="background-color: white; border: 0px; clear: both; font-family: arial; font-size: 13px; font: inherit; line-height: 20.78333282470703px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;"> <a href="http://3.bp.blogspot.com/-eqljXW29STo/T_zIhTjr5vI/AAAAAAAABxQ/N9yEZT4EJLU/s1600/Cerpen+Kisah+Cintaku.JPG" imageanchor="1" style="border: 0px; color: #6186a6; font-size: 13px; font: inherit; margin: 0px 1em; padding: 0px; text-decoration: initial; vertical-align: baseline;"><img border="0" height="328" src="http://3.bp.blogspot.com/-eqljXW29STo/T_zIhTjr5vI/AAAAAAAABxQ/N9yEZT4EJLU/s400/Cerpen+Kisah+Cintaku.JPG" style="border: 0px; font-size: 13px; font: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;" width="400" /></a></div> <div style="background-color: white; border: 0px; font-family: arial; font-size: 13px; font: inherit; line-height: 20.78333282470703px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Seminggu kemudian, Dimas lalu mengajak Vanya ketemuan. Vanya kaget banget begitu Dimas nembak Vanya. Vanya emang menganggap Dimas Cuma sebatas sahabat. Karena ia juga mengetahui bahwa Vina mencintai Dimas. Vanya emang nggak mau menyakiti Vina sebagai sahabat. Karena sahabat jauh lebih penting dari pada cowok. Karena sahabat tidak bisa tergantikan di hati.<br /> “ Vanya, gue suka sama elo…Elo mau jadi cewek gue???” tanya Dimas kepada Vanya.<br /> Vanya menggeleng, “ Sorry, gue nggak bisa menerima elo...Soalnya gue Cuma menganggap elo sebagai sahabat, nggak lebih dari itu…”<br /> Dimas langsung kecewa, “ Kenapa, Van??? Gue suka sama elo sejak awal…sejak sebelum ketemu sama Vina,”<br /> Vanya menggeleng, “ Nggak…beneran. Maaf, gue nggak bisa nerima elo. Kan gue udah bilang kalo gue nganggep elo sebagai sahabat. Dan gue lebih sayang sama Vina. Karena gue tahu, DIA MENCINTAI ELO. Dan elo juga tahu bahwa dia mencintai elo. Dan gue tahu semuanya. Dan gue pengen ngebahagiain Vina. Sahabat itu jauh lebih penting dari pada cowok. Dan dia anak yang baik, pintar, tidak macam – macam, dan pintar segala hal. Gue tahu dia sejak kecil. Dan gue nggak mau mengkhianati dia. Dan dia percaya gue. Please, elo mohon ngertiin gue. Gue nggak mau nyakitin Vina. Gue Cuma pengen elo bersatu sama Vina...Gue pengen Vina bahagia...”<br /> <br /> Dimas terpaksa tersenyum. Ia malu bahwa cintanya di tolak oleh Vina. “ Ya udah kalo gitu...gue ngerti posisi elo sama Vina. Gue udah tau semuanya. Tapi gue kan belum pantes buat gue. Inilah jalan terbaik...Cuma gue lagi pikir – pikirin dulu deh masalah Vina. Okey…”<br /> “ Oke deh,” Vanya mengangguk. “ Gue minta elo jadian sama Vina, ya!!!” setelah itu Vanya langsung meninggalkan Dimas dengan wajah Dimas yang tertegun.<br /> <br /> Esok harinya, Vanya bercerita kepada Vina bahwa Dimas nembak dia. Vina langsung kaget.<br /> “ APA??? Dimas nembak elo kemarin??? Serius lo???” tanya Vina dengan panik. Dari matanya aja sudah mulai melotot.<br /> “ Iya, gue berkata sejujur mungkin dari pada gue sembunyikan ke elo…” jawab Vanya dengan sejujur mungkin.<br /> “ Terus gimana jawaban elo???” tanya Vina dengan kaget.<br /> Vanya tersenyum, “ Gue nolak dia,”<br /> <br /> Di dalam hati Vina langsung lega, “ O ya??? Kenapa elo tolak???”<br /> “ Demi elo, Vina...gue nggak mau menyakiti elo sebagai sahabat gue sendiri. Gue sayang banget sama elo. GUE NGGAK MAU MENGKHIANATI ELO SEBAGAI SAHABAT. GUE TAHU SAHABAT ITU NGGAK BISA DI GANTIKAN OLEH HATI DARI PADA COWOK. Kehilangan cowok itu jauh lebih baik. Gue cuman menganggap Dimas itu sebagai sahabat aja,” ucap Vanya.<br /> <br /> Vina tersenyum seakan air matanya keluar, “ Vanya, elo serius nolak dia???”<br /> “ Iya, serius...dia mengetahui perasaan elo. Gue mau ngebahagiain elo. Kan gue punya gebetan lain, Nico. Elo tau Nico, kan???” tanya Vanya. Vina mengangguk.<br /> “ Iya, gue yakin Dimas pasti terluka hatinya,” ucap Vina sambil sesenggukan.<br /> “ Iya, tapi ini demi elo, Vina. Gue nggak mau nyakitin elo sebagai sahabat gue. Dan gue mengorbankan Dimas buat elo. Karena gue mencintai cowok lain. Vina, gue pengen elo bahagia…” ucap Vanya sambil mengeluarkan air mata juga.<br /> “ Vanya, thanks banget ya. Karena elo mau mengorbankan cinta gue. Dan elo tau bahwa gue sayang banget sama Dimas. Tapi gue yakin elo sahabat sejati gue,” ucap Vina sambil memeluk Vanya.<br /> <br /> Vanya membalas pelukan Vina. Bahwa dia mencintai sahabat juga. Karena ia rela mengorbankan perasaannya sendiri.<br /> “ Please, gue minta elo jadian sama Dimas,” ucap Vanya dengan pelan.<br /> Vina mengangguk.<br /> <br /> Seminggu kemudian, Dimas dan Vina lalu ketemuan di pinggir danau. Sedangkan Vanya yang mengatur pertemuan mereka semua. Dan ini semua kejutan Vanya untuk Vina.<br /> “ Hmm, Dimas…apa yang ada di pikiran kamu sekarang???” tanya Vina kepada Dimas.<br /> <br /> Dimas melirik Vina sambil tersenyum. Ia sudah mulai jatuh cinta kepada Vina.<br /> “ Kok kamu diam aja???” tanya Vina. “ Apa Vanya masih ada di pikiran kamu????”<br /> <br /> Dimas menggeleng.<br /> “ Oh, emang siapa???” tanya Vina.<br /> “ Kamu, Vina!!!” ucap Dimas. “ Kamu mau jadi pacar aku sekarang??? Tentu saja aku mau membahagiakan kamu, Vin!!!”<br /> <br /> Vina tersenyum bahagia ketika Dimas mengucapkan itu. Dia lalu mencubit lengannya. Ternyata sakit. Ini bukan mimpi.<br /> “ Vina,” ucap Dimas sambil menggenggam tangan Vina. “ Kita jadian sekarang, yuk!!!”<br /> Vina mengangguk. Dimas tersenyum. Dia lalu memeluk Vina dan mencium kening Vina.<br /> Vanya, terima kasih banyak ya. Karena elo sahabat sejati gue. Ucap Vina di dalam hati.<br /> <br /> Esok harinya, Vina lalu bertemu Vanya, “ Vanya, gue bahagia banget...”<br /> “ Kenapa, Vin??? Pasti Dimas, kan??? Heheheeh…” goda Vanya.<br /> “ Ya….iyalaaah…siapa lagi. Ternyata gue jadian sama Dimas,” ucap Vina dengan berbinar – binar.<br /> “ Oh, ya??? Selamet ya...” ucap Vanya sambil menjabat tangan Vina.<br /> “ makasih,” ucap Vina.<br /> “ Bener kan, gue nggak mau nyakitin elo. Coba kalo gue yang jadian sama dia. Elo pasti yang musuhin gue dan babak belur lo. Gue nggak mau elo sampe patah hati gitu,”<br /> “ Terima kasih, elo sahabat yang baik, Van...” ucap Vina sambil menatap Vanya. Ia tahu bahwa persahabatan itu jauh lebih penting. Karena sahabat itu tidak bisa tergantikan di hati. Ia nggak mau teman makan teman. Vina beruntung memiliki sahabat yang baik, pengertian, sabar, dan mau mengorbankan perasaannya untuk Vina. Jarang sekali ada cewek yang kayak Vanya begitu. Vanya sangat benci terhadap PENGKHIANATAN SAHABAT.<br /> <br /> <br /> THE END</div> </div>

Oleh Ilkka Marchiana Utari Ada seorang cewek yang bernama Vina. Vina duduk di kelas 2 SMK. Dia sedang jatuh cinta terhadap Dimas, cow...

Read more »

SELINGKUH

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div style="text-align: justify;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://3.bp.blogspot.com/-i2FCfH4zwNc/UuUm38EjzKI/AAAAAAAAAHc/pm_2KO5r5ng/s1600/imagesnv.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-i2FCfH4zwNc/UuUm38EjzKI/AAAAAAAAAHc/pm_2KO5r5ng/s1600/imagesnv.jpg" /></a></div> pada sore itu telepon ku berbunyi tanda panggilan masuk tanpa di ketahui siapa yang menelpon aku lalu aku angkat</div> <div style="text-align: justify;"> R=hallo siapa ya</div> <div style="text-align: justify;"> J=ni aku joel, lisa ingin bicara sama kamu</div> <div style="text-align: justify;"> R=mang kamu siapanya lisa</div> <div style="text-align: justify;"> J=aku cwoknya lisa</div> <div style="text-align: justify;"> R=dia mau bicara apa </div> <div style="text-align: justify;"> J=kata dia, dia gak bisa pergi ambil obat katanya di suruh antar ke rumah<br /> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> lalu aku matikan teleponnya dan pada saat itulah aku baru sadar bahwa aku di selingkuhin sama cwek aku sendiri,pada malam itu aku datang kerumah dia untuk antar obat kakaknya dia dan aku tidak bicara sepatah kata pun sama dia, lalu kakak sepupunya keluar</div> <div style="text-align: justify;"> K=eh rudy</div> <div style="text-align: justify;"> R=ia kak</div> <div style="text-align: justify;"> K=mau antar obat kakaknya lisa ia</div> <div style="text-align: justify;"> R=ia kak,oia kak, kakak cocok minum obat ini </div> <div style="text-align: justify;"> K=kakak gak suka minum obat-obatan, kakak syukuri apa yang di beri sama allah</div> <div style="text-align: justify;"> R=ya sudah saya pulang dulu ia kak</div> <div style="text-align: justify;"> K=ia hati-hati di jalan</div> <div style="text-align: justify;"> R=ia kak</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> lalu aku pulang ke rumah aku lihat hp ku ada pesan sigkat lalu aku buka ternyata lisa yang sms aku</div> <div style="text-align: justify;"> L=yank marah ia sama adg</div> <div style="text-align: justify;"> R=gak tau mikir saja sendri</div> <div style="text-align: justify;"> L=sorry tadi itu bukan cowok aku, tapi itu cuma abg sepupu aku ynk</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> setelah dia bilang itu cuma abg sepupu lalu aku gak balas lagi sms dia, setelah ke esokan harinya aku sms dia lagi dan dia pun gak ngebalas sms aku dan aku telepon dia ternyata dia lagi asyik telponan sama selingkuhannya dan lalu aku sms dia dengan pesan singkat ku</div> <div style="text-align: justify;"> "AKU TIDAK MARAH KARENA KAMU SELINGKUH,TAPI AKU MENYESAL KARENA AKU TELAH BEGITU BODOHNYA MEMPERCAYAI KAMU"</div> <div style="text-align: justify;"> setelah aku kirim sms ku yang terakhir dia pun gak ngebalas sms aku dan aku masih menghubuginya sampai sekarang dan aku berharap dia bahagia dengan selingkuhannya .............</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> PENULIS</div> <div style="text-align: justify;"> Nama : Muhammad Rusdy</div> <div style="text-align: justify;"> facebook : Rusdy Ajza Laah </div> </div>

pada sore itu telepon ku berbunyi tanda panggilan masuk tanpa di ketahui siapa yang menelpon aku lalu aku angkat R=hallo siapa ya J=...

Read more »

PERKENALAN YANG SINGKAT

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <a href="http://1.bp.blogspot.com/-8H0mNST8FZ8/UuUnznNBYoI/AAAAAAAAAHk/IO3j8OpO-s0/s1600/indexkh.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-8H0mNST8FZ8/UuUnznNBYoI/AAAAAAAAAHk/IO3j8OpO-s0/s1600/indexkh.jpg" /></a><span style="font-size: 13px; line-height: 20.78333282470703px;"> Oleh Gufran Algifari</span><br /> <div style="background-color: white; border: 0px; font-family: arial; font-size: 13px; font: inherit; line-height: 20.78333282470703px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /></div> <div style="background-color: white; border: 0px; font-family: arial; font-size: 13px; font: inherit; line-height: 20.78333282470703px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Sekitar dua tahun yang lalu, aku mengenalnya. Namanya Nada Anggraeni atau bisa ku panggil dia kak Nada. Pertama ku melihatnya, saat ku duduk terdiam disebuah taman yang sunyi. Aku hanya berteman dengan kesepian. Kulihat dia berjalan dengan anggun membawa sebuah buku digenggamannya. Kesepian dan kesunyian yang terjadi langsung hilang saat ku lihat dia berjalan ke arahku.<br /> Dia langsung menyapaku.<br /> <br /> “Hai… dik!” katanya dengan suara yang lembut.<br /> “Iyaa kak!” jawabku dengan kaget.<br /> “Adik kenapa?” tanyanya dengan penasaran.<br /> “Tidak apa-apa kak” jawabku dengan gugup.<br /> <br /> Sapaan itu membuatku terdiam sesaat. Aku bertanya-tanya “Apakah aku sedang bermimpi?”, aku langsung mencubit kedua pipiku. “Auuuuhh…..!!!” teriakku kesakitan. Kak Nada tersenyum melihat aku melakukan hal bodoh itu.</div> <div style="background-color: white; border: 0px; font-family: arial; font-size: 13px; font: inherit; line-height: 20.78333282470703px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /></div> <div style="background-color: white; border: 0px; font-family: arial; font-size: 13px; font: inherit; line-height: 20.78333282470703px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Kak Nada kini duduk di sampingku, kami bercerita tentang sekolah. Aku tidak bisa melakukan apa-apa saat di dekatnya, kuhanya memandangi rerumputan dan bunga-bunga yang ada di sekitar. Suara ranting yang bergesekan memberikan suara yang dapat memecahkan keheningan di antara kami berdua. Tiba-tiba kak Nada menepuk pundakku dan berkata.<br /> <br /> “Dik, kakak pulang dulu yah? Udah sore nih.” Katanya<br /> Aku kaget dan langsung berdiri di hadapannya.<br /> “Iya kak, nanti kakak dicari oleh orang tua kakak” kataku dengan bahagia.<br /> <br /> Cahaya senja menapaki tempat aku berdiri. Membuat mata ini terpejam karena cahaya berwarna jingga yang mengarah ke pupil mataku. Malam mulai menutup hari, sekarang aku akan pulang dan melewati jalan setapak yang sunyi dan di kelilingi oleh pepohonan yang rimbun menambah kesan bahwa sepinya hidupku.<br /> <br /> Keesokan paginya sinar mentari telah berada tepat diufuk timur, saat sang mentari kembali menyinari duniaku. Aku melawan rasa kantuk yang sangat menggoda. Tapi, sebagai orang yang taat beragama aku melawan rasa kantuk itu untuk menjalankan ibadah sholah subuh. Setelah sholah aku menuju kamar mandi untuk membersihkan badan ini, kemudian setelah badanku bersih, aku langsung memakai seragam sekolah dan menuju ke sekolah untuk menemukan cerita baru. Sekarang aku sudah kelas VIII dan kak Nada kelas IX di SMPN 1 Bulukumba<br /> <br /> Sesampai di pintu gerbang sekolah, aku kembali terdiam dan terpaku saat kak Nada berjalan di sampingku. Aku langsung berhenti berjalan.<br /> <br /> Tiba-tiba kak Nada menepuk pundakku.<br /> “Kenapa berhenti? Ayo jalan!” katanya dengan senyum manisnya.<br /> “………” aku hanya diam dan menatapnya.<br /> <br /> Sekali lagi dia tepuk pundakku dan kali ini dia langsung mengenggam jemariku lalu menarikku masuk ke sekolah. Sesuatu hal yang sangat indah di pagi yang berudara dingin. Sesampai di parkiran kami berpisah karena ruagan kelas kami berjauhan. Sesampai dikelas kuterduduk dan merasa kesepian di antara hiruk pikuk kelasku yang mayoritas kaum hawa dibandingkan dengan kamu adam.<br /> <br /> Aku tak sabar menunggu bel istirahat berbunyi. Karena aku akan ke perpustakaan sekolah untuk bertemu dengan kak Nada. Sekitar sejam aku memperhatikan penjelasan dari guruku. Saat ku mendengar bel sekolah berbunyi, aku tak sengaja berteriak, “Yeeeeee…..!!” semua teman-temanku melihatku dan menertawaiku melihat apa yang kulakukan.<br /> <br /> Setelah membereskan buku dan pulpen, aku langsung bergegas menuju perpustakaan sekolah. Sebelum menjelajahi buku-buku yang tertata rapi, aku menulis namaku dulu di buku pengunjung dan mencari nama kak Nada. Setelah itu selesai, aku memulai penjelajahanku di buku-buku yang banyak, setelah mendapatkan apa yang kucari, aku langsung duduk disamping kak Nada. Ku duduk disamping kak Nada, aku butuh modal nekad yang besar untuk melakukan itu. Sesekali kami saling menatap tanpa terucap kata sama sekali. Aku menganggap kak Nada sebagai saudaraku, meskipun dia adalah kakak kelas tapi, dia sangat berarti bagiku. Dia memberikan sehelai kertas yang bertuliskan “ AKU TELAH TERBIASA DENGAN HAL ITU”, awalnya kutak tau apa makna dari kalimat itu. Tak berapa lama kemudian bel sekolah berbunyi itu artinya kami harus ke kelas. Saat merapikan kursi kak Nada langsung membisikkan kata yakni, “Dik, itu prinsip kakak..”. mendengar bisikan itu aku langsung bertekad untuk menggunakan prinsip itu.<br /> <br /> Percaya atau tidak, banyak yang menganggap aku dan kak Nada pacaran. Tak tau gosip ini beredar dari siapa. Tapi gosip ini menyebar bagai angin yang selalu berada di sekeliling kita. Aku kembali menuju ke kelas karena kak Nada akan ke kelasnya. Pelajaran kali ini adalah bahasa Indonesia. Kami di beri tugas untuk membuat sebuah puisi. Dan aku membuat<br /> <br /> Sebuah puisi yang berjudul “Kesepianku”.</div> <blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; border: 0px; color: #999999; font-family: arial; font-size: 13px; font: inherit; line-height: 20.78333282470703px; margin: 1em 3em; padding: 0px 0px 0px 1em; quotes: none; vertical-align: baseline;"> Kesepianku<br /> <br /> Ku terduduk disini<br /> Hanya sinar lampu yang menyinari<br /> Hanya sepi yang menemani<br /> Tak ada seorang pun menemani<br /> <br /> Mungkin aku tak layak<br /> Mungkin aku tak pantas<br /> Mungkin aku tak dapat<br /> Mendapatkan kebahagian dunia</blockquote> <div style="background-color: white; border: 0px; font-family: arial; font-size: 13px; font: inherit; line-height: 20.78333282470703px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Bel tanda pulang pun berbunyi, aku mengakhiri petualanganku hari ini disekolah. Ku berjalan keluar sekolah bersama kak Nada. Setiap hari bersama kak Nada membuatku terbiasa berada di dekatnya.<br /> <br /> Selama ini aku berada di antara kesunyian. Tapi, dengan hadirnya kak Nada kesepian itu mulai musnah. Kini kebahagian bersama kak Nada telah memulihkan segalanya. Berbagi suka dan duka bersama kak Nada adalah hal terindah yang pernah aku alami. Aku berdoa “yaa.. tuhan, kumohon agar waktu tidak berputar begitu cepat!” pintaku dengan penuh harap. Kadang aku menyesali diriku karena aku tidak bisa membuat kak Nada tersenyum di saat aku berada didekatnya.<br /> <br /> Sesampai dirumah aku langsung merebahkan diriku di ranjang. Aku membayangkan jika kak Nada sudah lulus dari sekolah ini, mungkin aku akan seperti pulpen tanpa tinta. Disimpan dan diacuhkan. Sekitar seminggu lagi kak Nada akan melaksankan Ujian Nasional.<br /> <br /> Malam kembali menutup hariku, kini aku lelah dan ingin beristirahat. Tapi, mataku tak ingin tertutup karena membayangkan hal yang memilukan itu dan menerka-nerka apa yang terjadi besok. Kuingin hariku selalu bahagia, bersama-sama dengan kak Nada.<br /> Kini mataku terasa berat dan kini ku terlelap dengan suara tetesan air hujan yang jatuh ke atas permukaan bumi dan ditemani oleh hawah dingin yang menusuk kaki tapi, menambah nikmatnya malam ini. Ku bermimpi dan berteriak menyerukan namanya, “kak Nadaaaa…..”, aku terbangun dari mimpi yang tak jelas ini. Mungkin karena kak Nada selalu berada dibenakku.<br /> <br /> Mimpi ini membuat tenggorokanku kering, aku langsung berjalan menuju dapur untuk mencari gelas untuk ku tempati air sebagai pelepas dahagaku ini. Saat minum ku mendengar suara kehidupan malam yang terjadi disekitarku. Suara jangkrik-jangkrik yang memilih nada yang harmonis bagiku dan dapat memecahkan kesunyian malam ini. Setelah minum aku langsung menuju ranjang dan melanjutkan tidurku.<br /> Keesokan paginya aku hanya terbaring dikasur karena hari ini libur UN. Sekitar seminggu aku libur, hanyut dalam kesunyian. Aku sibuk dengan kesibukanku yakni dengan bermain game online, orang tua dan adikku juga sibuk dengan kesibukan mereka.<br /> <br /> Terkadang aku ingin libur karena aku dapat terbebas dari tugas sekolah yang menumpuk. Tapi terkadang juga aku ingin sekolah karena aku rindu suasana sekolah tempat dimana ku dapat mendapatkan pengalaman baru bersama teman-teman dan terutama kak Nada.<br /> <br /> Besok aku akan ke sekolah karena besok sudah sekolah. Rasanya aku tak ingin ke sekolah sebab kak Nada tidak datang ke sekolah. Tapi apa boleh buat aku harus ke sekolah. Seperti hari-hari biasanya tapi kini berbeda tanpa kak Nada berjalan disampingku. Jam istirahat ku habiskan ditaman sekolah, dan tidak ke perpustakaan. Ini terjadi selama sebulan lebih dan semua terasa seperti dulu, iya yakni kesunyian. Aku dengar, besok akan diadakan perpisahan siswa kelas IX disekolahku. Itu berarti besok saat yang tepat untuk meluapkan rasa rinduku kepada kak Nada.<br /> <br /> Aku pulang dengan wajah yang murung. Aku berjalan dengan pelan memerhatikan semuanya. Aku berfikir kalau hewan-hewan ini sedang menatapku. Mungkin mereka bertanya-tanya “Kenapa anak muda itu?”, ahh itu hanya khayalan belaka. Tiba dirumah aku langsug berbaring karena udara dingin yang menusuk kaki yang nikmat untuk tidur.</div> <div style="background-color: white; border: 0px; font-family: arial; font-size: 13px; font: inherit; line-height: 20.78333282470703px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <br /> Aku tertidur hingga sang mentari kembali keperaduannya. Aku terbangun untuk makan dan mengerjakan tugas dari guru tadi waktu disekolah. Setelah semua selesai aku<br /> langsung tertidur karena lelah mengerjakan tugas yang banyak tadi.<br /> <br /> Keesokan paginya, aku tak kuasa berjalan karena ku tau hari ini adalah hari yang menyedihkan. Berpisah dengan kak Nada itu sungguh berat. Dia adalah sosok kakak yang sangat berharga bagiku.sekitar dua tahun lalu ku mengenalnya tapi itu waktu yang singkat. Tapi sebagaian orang yang mengatakan itu lama. Tapi itu singkat. Saat berjalan menuju aula sekolah, aku dan kak Nada berpelukkan, kurasakan hangat kasih sayang dari seorang kakak yang dapat membuatku bahagia. Hingga kulihat dia menteskan air matanya.<br /> <br /> Aku langsung memegang kedua bahunya dan berdiri di hadapannya.<br /> “Kak jangan menangis donk, adik juga sedih melihatnya”<br /> “Kakak gak nangis kok dik, kakak bahagia dapat bersama adik”<br /> “kitakan bisa bertemu lagi tahun depan di SMA”<br /> “Adik janji yah?”<br /> “Iya kak.. adik janji kok”<br /> <br /> Momen indah ini tidak berlangsung lama, aku berdiri diantara kesedihan yang melanda kakak kelas yang sudah ingin meninggalkan guru dan adik-adik kelasnya. Setelah acara selesai aku langsung menghampiri kak Nada untuk menuju pintu gerbang dan kak Nada pun pulang.<br /> <br /> Sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengan kak Nada lagi. Setiap aku ke rumahnya dia tidak ada, mungkin dia sibuk dengan kesibukannya sendiri. Aku kembali menyusuri jalan hidup yang hanya berisi kesunyian. Selamat jalan kak Nada.<br /> SELESAI</div> </div>

Oleh Gufran Algifari Sekitar dua tahun yang lalu, aku mengenalnya. Namanya Nada Anggraeni atau bisa ku panggil dia kak Nada. Pertama k...

Read more »

KETIKA SENYUMAN ITU HILANG

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> Oleh Si Hasih Nurhayati<br /> <div style="border: 0px; font-family: arial; font: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <div style="border: 0px; font: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://2.bp.blogspot.com/-talHt3DrG_4/UuUq4qfFCwI/AAAAAAAAAH4/kog-5d6efd4/s1600/waiting,alone,lonely,rain,road,travel-c2f707191b625b79d60e892f4b5d0fe2_h.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-talHt3DrG_4/UuUq4qfFCwI/AAAAAAAAAH4/kog-5d6efd4/s1600/waiting,alone,lonely,rain,road,travel-c2f707191b625b79d60e892f4b5d0fe2_h.jpg" width="213" /></a></div> <br /> Aku tak sanggup menahan butiran- butiran bening itu mengalir halus dipipiku. Terus mengalir bagaikan aliran-aliran anak sungai, menetesi Handphone qu yang ada dalam genggamanku. Aku menangis bukan karena putus cinta, tapi aku menangis karena aku telah merasa kehilangan sahabat terbaikku, atau mungkin terlalu cepat bagiku untuk mengganggapnya sahabat. Aku terkjeut setelah pundakku ada yang menepuk<br /> “sih, kamu kenapa?” Tanya sisi<br /> “oh aku taka pa,aku ketoilet dulu” aku pergi tanpa melihat wajahnya<br /> Terdengar suara sisi memanggilku tapi tak aku hiraukan.<br /> Pulang sekolah ini aku berjalan gontai, panasnya matahari tiada seberapa menyengat kulitku, dibandingkan dengan kesedihan yang aku rasa. Kembali aku melihat Handphone ku berharap ada sms atau telfon dari seseorang, tapi sepertinya tak akan ada lag isi ms dari dia menghiasi kotak masukku, tak aka nada lagi suaranya yang mengjiburku. Kini dia, Rio, seorang sahabat pria yang aku punya telah berubah, berubah karena cinta.</div> <div style="border: 0px; font: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> <br /></div> <div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;"> <br /></div> <div style="border: 0px; font: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Dulu dia selalu ada untukku, dia selalu menghiburku, dia selalu perhatian denganku, begitupun sebaliknya, kami telah mengikat janji persahabatan. Apapun masalahnya dia akan membantuku, dan apapun masalah dia aku juga akan membantunya, aku selalu ingin membuatnya tersenyum, tapi kini semua hanya tinggal kenangan. Rio telah berubah, setelah dia mulai jatuh cinta dengan Sisi sahabatku, dia mulai tak ada waktu untukku. Dia tak pernah menghubungi aku lagi, dia tak pernah ada lagi.<br /> <br /> Dan ketika terakhir kali die menelfonku, satu ucapannya<br /> “Jangan pernah ganggu aku dengan sisi”.<br /> Aku tak menyangka Rio begitu tega berkata seperti itu, kepada sahabatnya sendiri. Apa yang ada didalam pikirannya, apa aku begitu menggangu, hingga dia berkata begitu, apa dia berpikir aku begitu picik. Untuk menggangu hubungan sahabat-sahabatku sendiri.<br /> <br /> Apa selama ini dia hanya menganggapku sebagai sebuah boneka badut yang hidup. Kejam, benar benar kejam. Dan aku kini mulai berubah, tak ada lagi hasih yang dulu, yang suka menghibur orang, yang suka membuat kelucuandan yang ceria. Kini yang ada hanya hasih yang pendiam,hasih yang suka menyendiri, hasih yang rapuh. Dan disaat aku merasa terpuruk seperti sekarang tak ada orang yang bisa menghiburku.<br /> “sih, kamu kenapa sih, kenapa kamu akhir-akhir ini, sering ngelamun” ujar dina mengagetkanku<br /> “oh tidak apa kok din, aku hanya lagi gag mut mau ngpa-ngapain”<br /> “cerita gih, sama aku, ada masalah apa”<br /> “Din, gimana sih perasaanmu, kalau kamu dicampakkan sendiri oleh sahabatmu”<br /> “rasanya pasti sakit banget, aku udah gag mau ketemu lagi sama sahabat seperti itu” kata dina<br /> “oh” jawabku singkat. “aku ketiolet bentar ya” kataku<br /> <br /> Tak sengaja aku bertemu sisi dan Rio<br /> “hai sih, mau kemana” sapa sisi. “toilet” jawabku singkat tanpa menoleh. Tiba-tiba tanganku ada yang menarik<br /> “kamu kenapa sih si, kenapa kamu berubah dingin begini” Tanya sisi, dan aku melihat Rio dia diam, entah apa arti diamnya<br /> “aku gag papa, udah ya, ku mau ketoilet, aku udah kebelet” Tanya ku sambil melepas tangan sisi</div> <div style="border: 0px; font: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> <br /> Kali ini tak ada air mata lagi yang keluar, tak ada lagi. Air mataku rasanya sudah habis, dan untuk apa menangisi ini semua, toh kalau memang ini buat mereka bahagia, aku terima. Kini aku hanya ingin belajar menerima semuanya, menerima perlakuan mereka kepadaku. Saat butuh mereka datang, tapi saat mereka sedang senang-senang dengan mudahnya mereka meninggalkanku, batinku sebenarnya menjerit, tapi yah semuany udah terjadi. mUngkin ini jalan yang Tuhan telah berikan untuk ku. Mungkin mereka memang bukanlah sahabat yang aku cari, Tapi ada satu hal yang ku rasa hilang dariku, senyumku. Aku tak bisa kembalikan itu, setap lelucon yang aku dengar terasa sangat aneh bagiku.</div> <div style="border: 0px; font: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> <br /> Mungkin tak ada yang tau tentang apa yang aku rasakan saat ini. Kelak aku juga ingin bahagia, aku ingin bisa tersenyum kembali. Dan telah kuputuskan, untuk melupakan soal persahabatan ku dengan sisi dan Rio, tak ada gunanya aku memiliki sahabat seperti mereka, bahkan mera tak pantas disebut sahabat. Aku putuskan untuk pergi menjauh dari mereka, seperti yang Rio inginkan. Kini aku memang telah benar-benar menjadi boneka yang dingin dan diam. tapi suatu saat nanti aku bisa mengembalikan senyumku kembali.</div> <span style="border: 0px; font: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;"></span></div> </div>

Oleh Si Hasih Nurhayati Aku tak sanggup menahan butiran- butiran bening itu mengalir halus dipipiku. Terus mengalir bagaikan aliran-a...

Read more »